“Happy New Year, Wish You The Best,”. “Selamat Tahun Baru. Semoga Tahun Depan Kita Bisa Lebih Baik Lagi.”
Selalu begitu setiap tahunnya. Apakah itu di Indonesia ataupun di Britania Raya ini tempat saya menetap.
Di London, pesta kembang api besar-besaran berlangsung selama 10 menit di London Eye. Pemandangan menakjubkan tampak di langit London. Selain diledakkan ke udara, kembang api juga tampak menghiasi kincir raksasa – London Eye, adalah Ferris Wheel atau komidi putar raksasa dengan tinggi 135 meter, terletak di ujung barat Jubilee Gardens, South Bank di tepi Sungai Thames, London. Letak persisnya antara Westminster Bridge dan Hungerford Bridge. London Eye merupakan kincir tertinggi di Eropa, yang dikunjungi oleh lebih dari 3,5 juta orang per tahun. Ketika didirikan pada tahun 1999, London Eye merupakan kincir raksasa tertinggi di dunia, sampai kemudian dikalahkan oleh keberadaan Star of Nanchang setinggi 160 m pada tahun 2006, dan kemudiannya oleh keberadaan Singapore Flyer setinggi 165 m pada tahun 2008. Roda raksasa London Eye terdiri dari 32 kapsul berAC, dan setiap kapsul bisa diisi oleh 25 orang penumpang yang bisa leluasa berjalan di dalam kapsul. Dari roda raksasa yang berputar inilah kita dapat menikmati suasana kota London dari atas.

Pertunjukan kembang api kelas dunia yang spektakuker ini menjadi perayaan tahun baru yang paling populer di ibukota Inggris ini dan menjadi gaya hidup di kalangan masyarakat di Inggris.
Bertubi-tubi ucapan selamat tahun baru masuk telpon selular saya, baik melalui sms ataupun email. FYI, saya tidak punya BB (di th 2013; tidak dianjurkan di Unisyn) jadi tidak ada BBM alias Blackberry Messenger yang masuk.
Pergantian tahun buat kami, para siswa perguruan sudah lama diterapkan sebagai tidak ubahnya hari biasa. Dari Senin ke Selasa atau dari Jumat ke Sabtu. Yang membedakannya adalah besoknya, tanggal 1 Januari, adalah hari libur.
Setelah saya menjadi siswa perguruan, saya tidak mengerti jadinya kenapa orang mau membakar begitu banyak kembang api hanya untuk satu malam ini. Padahal kalau dikumpulkan uang untuk membeli kembang api itu, berapa banyak orang miskin yang bisa tertolong dari kelaparan. Lagi pula suara kembang api yang berterbangan di angkasa, dari tengah malam buta sampai pagi, seringkali bikin orang lain susah tidur. Belum lagi sampah kertas yang ditimbulkannya. sehingga bikin repot para petugas kebersihan. (Menurut berita pagi, sampah yang dikumpulkan akibat perayaan tahun baru kemarin sampai mencapai puluhan ton)
Saya juga tidak berhenti berfikir, kenapa orang di Indonesia mau bermacet-macet ria ke taman hiburan (malam pergantian tahun ini dipusatkan di Ancol), sambil meniup trompet sepanjang jalan, membuat polusi jadi ganda, polusi udara dan juga polusi suara. Bisa dibayangkan berapa banyak bensin yang dihabiskan hanya untuk berjalan sejengkal demi sejengkal. Kalaulah uang buat beli bensin itu dikumpulkan dan dibelikan buku buat anak-anak putus sekolah, sudah berapa yang terselamatkan dari sindrom lost generation? Tapi itulah kita. Manusia berusaha tetap tertawa walaupun kalah dimana-mana. Kitalah sekelompok orang-orang yang tetap mencari hiburan meskipun tahu bahwa jalan menuju hiburan seringkali harus dengan kesakitan bahkan pertengkaran. Kita tetap gembira menyongsong pergantian tahun, meskipun secara hakikat umur kita sudah berkurang satu tahun. Demikian pula umur dunia ini, yang diukur sejak zaman Yesus Kristus saja sudah berumur 2000 tahun lebih.
Seorang kolega perguruan saya yang bergelar doktor lulusan Moscow University (Kep Sek Perguruan) dengan bijak menjawab sms selamat tahun baruan di group kami dengan berkata: “Terima kasih. Meskipun saya tidak merayakan, tapi saya juga memahami orang yang merayakan tahun baru ala Masehi karena Tuhan juga menyebut sistem penanggalan berdasarkan matahari dalam Alquran”. Lebih lanjut siteteh Cianjur ini mengutip surah Alkahfi: mereka tidur di dalamnya selama 300 tahun dan ada yang menambahnya dengan 9 tahun.”
Malam tahun baru bagi kami para siswa yang sudah EF memang selalu tidak dibuat berkesan. Seperti malam-malam lainnya. Kami lewatkan bersama keluarga sesuai anjuran Konseptor perguruan. Cukup di tempat tinggal masing masing, bukan di tempat wisata dan juga tidak di kapal pesiar.
Kami berpendapat tahun baru itu yang patut merayakannya hanyalah tahunnya. Ya, tahunnya yang ulang tahun. Kami tidak pernah merayakan tahun baru dengan gegap gempita. Kami tidak bermacet-macet ria di jalanan. Saya tidak pergi ke pesta-pesta dengan teman. Seringkali saya malah tertidur sebelum pukul 12 malam. Saat orang-orang ramai meniupkan trompet tepat saat pergantian tahun, saya malah terlelap. dan esoknya saya terbangun….kenapa di tahun yang baru tidak terjadi apa-apa? semua terjadi seperti biasa. yang berbeda hanya di hari pertama di tahun yang baru, pagi menjadi sepi. semua orang masih terlelap kelelahan setelah merayakan tahun baru semalam.
Lalu kapan saya bisa menikmati perjalanan wisata bersama keluarga? Mudah sekali jawabannya: di bulan bulan sepi, dimana tidak ada perayaan atau hari hari besar. Di hari hari itu saya dan keluarga bisa jauh lebih leluasa menikmati suasananya. Booking hotel, tiket pesawat, apa saja menjadi mudah. Perjalanan santai, tidak stress karena tidak terkena macet. Di lokasi lokasi wisata yang kami kunjungi serasa milik kami pribadi, karena sepi, orang semua sedang sibuk kerja atau kembali berwira swasta. Apa saja, termasuk berenang di kolam renang bisa jadi hanya diisi oleh saya dan keluarga. Pesan makanan di hotel juga tidak harus menunggu lama, termasuk tidak perlu menunggu sampai ada kursi yang kosong.
Tetapi kemudian saya baru menyadari…..eh, saya kan sudah EF ya. Jadi saya punya bebas waktu. Tidak harus setiap pagi ikut rat race menuju tempat kerja…..
Memang enak kalau sudah EF itu.
Kapan anda?

