We’ve been together for such a long time now
Music, music and me
Don’t care wether all our songs rhyme
Now music, music and me
Music, music and me
Don’t care wether all our songs rhyme
Now music, music and me
Itu adalah lirik dari judul Music & Me dari Michael Jackson. Saya ingat betul itulah lagu pertama yang diberikan coach saya, Aki, the one and only I love, sekitar tahun 1996 berupa CD. Lagu itu sendiri dicetak 10 tahun lebih sebelum saya lahir, 1973. Sudah pasti agu itu terus menjadi kenangan manis buat saya.
Musik adalah segalanya di komunitas perguruan dan tidak hanya terbatas mendengarkan, kalau bisa juga berkarya didunia musik, atau minimal memainkan salah satu alat musiknya. Sebelum kenal coach, sama sekali tidak terpikir bagi saya untuk memainkan alat musik. Saya lebih senang mendengarkan orang memainkannya. Apalagi dulu sewaktu coach masih memainkan biola (sekarang tidak lagi). Saya pernah sampai menangis sewaktu beliau memainkan sebuah lagu klasik terkenal: Standchen (Serenade) dari Franz Schubert. Apalagi pas kebetulan mendengarkannya di malam hari seusai latihan Optimiser di pinggir danau (situ) Patenggang, kawasan Ciwidey. Mulai dari itu saya mencoba belajar memainkan keyboard kecil, Yamaha PSR dari hasil tabungan saya. Salah satu alasan kuat adalah coach mengatakan nanti di level agak tinggi saya paling tidak harus bisa menguasai satu alat musik atau menyanyi atau merangkai bunga atau apa saja yang terkait dengan estetika dan artistik.
Sebelum kebijakan cross crew diberlakukan, saya bersama sama beberapa rekan perguruan sering bermain musik bersama. Tidak hanya itu, kami juga sering dansa bersama bahkan hingga all night long, apakah itu walz, boogie atau sekedar dansa diskotik. Disamping tentunya saya sering ‘memaksa’ coach, Aki, untuk dansa berdua saja dalam setiap kesempatan dengan saya. Semoga bukan cheek to cheek, ya…he he he….
Setelah mencapai keadaan FF (Financial Freedom), uang sudah tidak menjadi masalah lagi, saya membeli suatu alat musik, yang sebetulnya lebih sering dipakai untuk musik jazz tapi tidak salah untuk dipakai klasik – Fender Rhodes. Orang lebih mengenalnya dengan sebutan ‘piano listrik’, padahal itu salah. Lebih tepat sebenarnya disebut – electro mechanical piano.

Poin yang ingin saya angkat disini adalah sebegitu pentingnya peranan musik dalam kehidupan para murid perguruan. Sewaktu studi tahun pertama di Universitas Moskow, coach mengantar saya hingga ke stasiun kereta di Basel (pernah dipajang fotonya di milis, coach sedang merapihkan rambut saya sebelum berangkat). Sebelum berpisah, beliau memberikan saya sebuah CD dan didalamnya ada lagu yang dia minta untuk saya dengarkan. Lagunya dari sebuah grup band asal Norwegia yang populer sebelum saya lahir – AHA, he he he… tetapi lagunya punya makna dalam; berjudul: Take on me.
We’re talking away
I don’t know what
I’m to say I’ll say it anyway
Today’s another day to find you
Shying away
I’ll be coming for your love, OK?
I don’t know what
I’m to say I’ll say it anyway
Today’s another day to find you
Shying away
I’ll be coming for your love, OK?
Take on me, take me on
I’ll be gone…….
I’ll be gone…….
Wah senangnya punya pelatih yang romantis….
Basel adalah sebuah stasiun utama di Swiss, yang berhubungan denganParis,BrusseldanBerlindengan kereta-kereta cepat yang langsung. Seingat saya kereta berangkat jam at 6.04PM, ke Jerman dulu melewati stasiun Basel-Badischer Bahnhof, kemudian ke Moscow, dengan 22 titik pemberhentian antara lain: Frankfurt Main-Süd, Fulda, Berlin, Warsaw, Brest, Minsk, Smolensk. Kereta ini diawaki orang Rusia dan akan berhenti di Belarus untuk transit visa. Perjalanannya butuh waktu 39 jam.
Di perguruan kami digiring pemahaman terhadap seni, keindahan, estetika, dan perkembangannya. Secara umum banyak orang yang mengemukakan pengertian seni sebagai keindahan, tidak keliru, namun tidak sepenuhnya benar. Nilai keindahan menjadi satu kriteria yang utama sebelum memasuki tentang pengertian seni. Orang harus membedakan antara keindahan sebagai suatu kwalita abstrak dan sebagai sebuah benda tertentu yang indah. Terdapat pula perbedaan menurut luasnya pengertian yaitu:
a. Keindahan dalam arti yang luas.
b. Keindahan dalam arti estetis murni.
c. Keindahan dalam arti terbatas dalam hubungannya dengan penglihatan.
Para siswa diharapkan mengerti keindahan yang seluas-luasnya meliputi: – keindahan seni, keindahan alam, keindahan moral, keindahan intelektual. Keindahan dalam arti estetika murni, menyangkut pengalaman estetis dari
seseorang dalam hubungannya dengan segala sesuatu yang diserapnya. Sedang
keindahan dalam arti terbatas, lebih disempitkan sehingga hanya menyangkut benda benda yang diserap dengan penglihatan, yakni berupa keindahan dari bentuk dan warna secara kasat mata. Tidak usah heran jika salah satu program pelatihan di Unisyn seperti Adventure/Away Weekend selalu mencari tempat tempat indah jauh dari kota.
Plato menyebut tentang watak yang indah dan hukuman yang indah. Aristoteles merumuskan keindahan sebagai sesuatu yang baik dan menyenangkan.
Ada dua teori tentang keindahan, yaitu yang bersifat subyektif dan obyektif,
Keindahan subyektif ialah keindahan yang ada pada mata yang memandang. Keindahan obyektif menempatkan keindahan pada benda yang dilihat.
Definisi keindahan tidak mesti sama dengan definisi seni. Atau berarti seni tidak selalu dibatasi oleh keindahan.
Menurut kaum empiris dari jaman Barok, permasalahan seni ditentukan oleh reaksi pengamatan terhadap karya seni, karena itu kemudian orang lebih menerima konsepsi tentang nilai estetis (aesthetic value) yang dikemukakan antara lain oleh Edward Bullough (1880-1934).
Untuk membedakannya dengan jenis-jenis lainnya seperti misalnya nilai moral,
nilai ekonomis dan nilai pendidikan maka nilai yang berhubungan dengan segala sesuatau yang tercakup dalam pengertian keindahan disebut nilai estetis. Dalam hal ini keindahan “dianggap” searti dengan nilai estetis pada umumnya. Apabila sesuatu benda disebut indah, sebutan itu tidak menunjuk kepada sesuatu ciri seperti umpamanya keseimbangan atau sebagai penilaian subyektif saja, melainkan menyangkut ukuran-ukuran nilai yang bersangkutan. Ukuran-ukuran nilai itu tidak terlalu mesti sama untuk masing-masing karya seni, bermacam-macam alasan, karena manfaat, langka atau karena coraknya spesifik.
Cukuplah kiranya saya coba sedikit ulaskan untuk sekaligus meluruskan bahwa kami di lingkungan perguruan tidaklah hanya di’gojlok’ dengan pelatihan fisik yang semi-militer dimana mottonya adalah ‘Hard Training, Tight Discipline and Severe Suffering (Pelatihan Keras, Disiplin Ketat dan Penderitaan Maha Hebat) namun sebetulnya kehidupan kami selalu dan selalu dipenuhi warna cerah estetika apakah itu dari musik, indahnya alam semesta hingga paling sederhananya adalah senyuman. Di kami sudah menjadi keharusan: Start your day with a little smile…

