Author: Nirmala Chandra Asri

Nirmala Asri
Ketika murid-muridUnisyn mendengarPelatih The Founder sekaligus The Conceptortercintanya di rawat di RSCM karena sakit GERD dan komplikasi padajantung di awal September, kami sudah tentu semua bersedih tapi sekaligus kesal karena kami tidak diizinkan menjenguknya. Lebih dulu kita ketahui sejarah melatar-belakanginya. Di awal semua siswa memulai pelatihan Uni-G bersama The Conceptor kami semua sepakat (atau terpaksa menyepakati) perjanjian sepihak yang di buat oleh the Master, bahwa pelatihan yang perdananya di tahun 1988 dengan siswi pertama Dewi Ratna bukan saja tanpa dipungut biaya sepeserpun tapi juga tidak ada dan tidak boleh memberikan dalam bentuk apapun jika kemudiannya terbukti kesuksesan berhasil diperoleh. Tentu saja di kala dimulainya pelatihan semua murid mengamini perjanjian tersebut. Pertama umumnya perkenalan kami dengan sang Pelatih Besar baru dalam tahap dini sekali, pertemananpun baru dimulai. Kami bisa dibilang sedikit sekali mengenal diri pribadi sang pelatih dan dengan sendirinya apapun yang dibawa serta oleh “bapak” ini juga baru dalam taraf perkenalan. Ilmu Uni-G masih di fase Trial and Error. Jadi ketika beliau mengatakan frase “nanti kalau sukses…” jelas kami mengiyakan saja sebab murid pertama yang sukses mencapai kondisiFinancial Independent yaitu Yuningsih baru terealisasi di tahun 1996 atau 8 tahun kemudian. Sedangkan ketika saya bergabung ke perguruan ini mulai belajar setahun kemudian (1997) Sang Pelatih sama sekali sengaja menutup informasi tentang Yuningsih ataupun siapa saja murid muridnya yang sudah berhasil. Sebab di waktu itu ada peraturan yang diciptakan oleh Dewi Ratna bahwa seorang murid Unisyn hanya diperkenankan tahu dua hal:pertama siapa coach di atasnya langsung dan kedua coach diatas coachnya, selesai. Jadi pada masa itu segala sesuatu hal tentang perguruan ini menjadi misteri. Keadaan tersebut dibuka drastis sewaktu Shobha bertugas menjabat Principal atau Kepala Sekolah tapi kemudiannya di jaman Susi Rusanti secara perlahan status perguruan dikembalikan seperti semula menjadi abu abu dan gelap kembali setelah Esmeraldina menjadi Skipper atau Principal. Sekarang ini status Unisyn menjadi tertutup.
HD Coach atau Pelatih Besar kami orang yang konsisten dengan kata katanya sendiri. Begitu murid muridnya satu per satu mendulang kesuksesan beliau sama sekali tetap pada pendiriannya tidak mau menerima tawaran, ajakan hingga “paksaan’ dari para muridnya agar bersedia menerima bagian dari kesuksesan kami. Susah memang kalau berhadapan dengan manusia idealis macam beliau.
Sesuai dengan pesan beliau:”Kamu suskses, enjoy dengan kesuksesan itu. Tolong jangan sedikitpun melibatkan saya juga jangan bawa bawa nama saya dalam kesuksesan itu. Tapi cukuplah lakukan dua hal untuk saya: berterima kasihlah kepada Tuhan Sang Maha Pencipta dan keduanya berkontribusi untuk semesta alam sesuai nama perguruan kita, Universal Synergy.” Satu hal pesan beliau yang sungguh menyakitkan bagi para murid,”bahkan suatu saat nanti kalau saya mati, jangan datangi, jangan antar saya ke kuburan, serahkan segala sesuatunya biar keluarga saya yang urus”.
Ketika murid-murid Unisyn mendengar Pelatih The Founder sekaligus The Conceptor tercintanya di rawat di RSCM karena sakit GERD dan komplikasi pada jantung di awal September, kami sudah tentu semua bersedih tapi sekaligus kesal karena kami tidak diizinkan menjenguknya. Lebih dulu kita ketahui sejarah melatar-belakanginya. Di awal semua siswa memulai pelatihan Uni-G bersama The Conceptor kami semua sepakat (atau terpaksa menyepakati) perjanjian sepihak yang di buat oleh the Master, bahwa pelatihan yang perdananya di tahun 1988dengan siswi pertama Dewi Ratna bukan saja tanpa dipungut biaya sepeserpun tapi juga tidak ada dan tidak boleh memberikan dalam bentuk apapun jika kemudiannya terbukti kesuksesan berhasil diperoleh. Tentu saja di kala dimulainya pelatihan semua murid mengamini perjanjian tersebut. Pertama umumnya perkenalan kami dengan sang Pelatih Besar baru dalam tahap dini sekali, pertemananpun baru dimulai. Kami bisa dibilang sedikit sekali mengenal diri pribadi sang pelatih dan dengan sendirinya apapun yang dibawa serta oleh “bapak” ini juga baru dalam taraf perkenalan. Ilmu Uni-G masih di fase Trial and Error. Jadi ketika beliau mengatakan frase “nanti kalau sukses…” jelas kami mengiyakan saja sebab murid pertama yang sukses mencapai kondisi Financial Independent yaitu Yuningsih baru terealisasi di tahun 1996 atau 8 tahun kemudian. Sedangkan ketika saya bergabung ke perguruan ini mulai belajar setahun kemudian Sang Pelatih sama sekali sengaja menutup informasi tentang Yuningsih ataupun siapa saja murid muridnya yang sudah berhasil. Sebab di waktu itu ada peraturan yang diciptakan oleh Dewi Ratna bahwa seorang murid Unisyn hanya diperkenankan tahu dua hal: pertama siapa coach di atasnya langsung dan kedua coach diatas coachnya, selesai. Jadi pada masa itu segala sesuatu hal tentang perguruan ini menjadi misteri. Keadaan tersebut dibuka drastis sewaktu Shobha bertugas menjabat Principal atau Kepala Sekolah tapi kemudiannya di jaman Susi Rusanti secara perlahan status perguruan dikembalikan seperti semula menjadi abu abu dan gelap kembali setelah Esmeraldina menjadi Kepala Sekolah. Sekarang ini status Unisyn menjadi tertutup.
HD Coach atau Pelatih Besar kami orang yang konsisten dengan kata katanya sendiri. Begitu murid muridnya satu per satu mendulang kesuksesan beliau sama sekali tetap pada prinsipnya tidak mau menerima tawaran ajakan hingga “paksaan’ dari para muridnya agar bersedia menerima bagian dari kesuksesan kami. Susah memang kalau berhadapan dengan manusia idealis macam beliau.
Sesuai dengan pesan beliau:”Kamu suskses, enjoy dengan kesuksesan itu. Tolong jangan sedikitpun melibatkan saya juga jangan bawa bawa nama saya dalam kesuksesan itu. Tapi cukuplah lakukan dua hal untuk saya: berterima kasihlah kepada Tuhan Sang Maha Pencipta dan keduanya berkontribusi untuk semesta alam sesuai nama perguruan kita, Universal Synergy.”
Di bulan September kemarin, karena terhalang perjanjian itu, para murid memutuskan untuk melakukan sesuatu yang lebih dari sekadar mendoakan kesembuhan beliau. Semua murid itu pun kemudian melakukan sesuatu yang mengharukan untuk guru mereka. Para murid beliau dari seantero dunia mulai dari Alpine, Alaska (Maribel) sampai Wellington, NZ (Setia K); dari Nigeria (Ben Okohoma) sampai Tokyo (Akane Miyazaki) datang. Beberapa hari setelah beliau di rawat di ICCU RSCM kami tanpa beliau ketahui menyewa hall di Kelapa Gading Sport Mall.Disamping doa bersama murid-murid tersebut kemudian menyanyikan lagu pujian untuk HD Coach. Lagu tersebut dinyanyikan untuk menyampaikan pesan betapa istimewanya sosok The master di hati mereka. “Sungguh indah dan tak terlupakan,” ungkap Aylen Kwok selesai acara tersebut.
Vivian Liem yang belakangan ini ditugaskan mengawal dan mendampingi beliau mengungkapkan betapa sedihnya mengetahui kondisi Bapak Pelatih, sekalipun dokter menyatakan kondisinya stabil. Beliau adalah sosok guru dan panutan yang sangat menginspirasi. Pastinyabagaimanapun begitu sedih melihat guru yang sangat dibanggakan dan disayangi sedang terbaring, lemah. Semua berharap kondisi beliau bisa segera membaik.
Di baris depan hall itu duduk Susi Rusanti, murid terkaya alumni Unisyn yang tampak sangat sedih. Dia menceritakan bagaimana Pelatihnya memaafkannya setelah dengan sengaja setahun ia menutup komunikasi sama sekali. Tidak terima telpon, email dan segala bentuk komunikasi apapun. Ketika akhirnya ia meminta maaf sambil berlutut di depan coachnya, Susi terkejut mendengar komentar pelatihnya: “Murid saya yang jenius, teguh berlatih, tidak sombong…..” membuat Susi merasa malu pada dirinya sendiri.
Akhirnya diujung acara itu kami para murid memutuskan tanpa setahu Sang Guru untuk berbuat sesuatu. Semua teman menunjuk saya, karena mereka tahu profesi saya sebagai seorang dokter meskipun prakteknya di negara paman Sam, untuk “menyelinap” dan “menyusup” ke dalam rumah sakit. Saya turut serta memeriksa kondisi kesehatan beliau, Lucunya, waktu saya coba menghibur beliau dengan memberi semangat supaya segera sembuh, eh, beliau malah yang menghibur saya, melarang sayabersedih.”Jangan kamu bersedih, Ade, sesungguhnya Allah bersama kita.” tapi beliau sama sekali tidak tahu apa yang saya perbuat “spesial” untuk dirinya….
Sang Pelatih terheran heran, begitu ia tiba di IGD beliau diperlakukan bak seleberiti saja… beliau disambut banyak dokter spesialis, bukan sekedar dokter yang seakan berlomba lomba memperkenalkan diri mereka satu per satu. Sejak di ICCU berbagai tindakan terus dilakukan bahkan baru saja rampung di ICCU baru beberapa hari keluar rumah sakit, beliau digiring kembali masuk, untuk menjalani beberapa serial tindakan berikutnya… semua jasa dengan kualitas prima. Alhasil begitu keluar dari rumah sakit beliau memuji dan mempropagandakan fasilitas BPJS yang begitu hebat di depan bossnya di kantor dan ke sejumlah relasinya…
Di bulan September kemarin, karena terhalang perjanjian itu, para murid memutuskan untuk melakukan sesuatu yang lebih dari sekadar mendoakan kesembuhan beliau. Semua murid itu pun kemudian melakukan sesuatu yang mengharukan untuk guru mereka ini. Para murid beliau dari seantero dunia mulai dari Alpine, Alaska (Maribel) sampai Wellington, NZ (Setia K); dari Nigeria (Ben Okohoma) sampai Tokyo (Akane Miyazaki) datang.Beberapa hari setelah beliau di rawat di ICCU RSCM, kami, tanpa beliau ketahui menyewa hall di Kelapa Gading Sport Mall. Disamping doa bersama murid-murid tersebut kemudian menyanyikan lagu pujian untuk HD Coach. Lagu tersebut dinyanyikan untuk menyampaikan pesan betapa istimewanya sosok The master di hati mereka. “Sungguh indah dan tak terlupakan,” ungkap Aylen Kwok selesai acara tersebut sambil menyapu linangan air matanya.
Vivian Liem yang belakangan ini ditugaskan mengawal dan mendampingi beliau mengungkapkan betapa sedihnya mengetahui kondisi Bapak Pelatih, sekalipun dokter menyatakan kondisinya stabil. Beliau adalah sosok guru dan panutan yang sangat menginspirasi. Pastinyabagaimanapun begitu sedih melihat guru yang sangat dibanggakan dan disayangi sedang terbaring, lemah. Semua berharap kondisi beliau bisa segera membaik.
Di baris depan hall itu duduk Susi Rusanti, murid terkaya alumni Unisyn yang tampak sangat sedih. Dia menceritakan bagaimana Pelatihnya memaafkannya setelah dengan sengaja setahun ia menutup komunikasi sama sekali. Tidak terima telpon, email dan segala bentuk komunikasi apapun. Ketika akhirnya ia meminta maaf sambil berlutut di depan coachnya, Susi terkejut mendengar komentar pelatihnya: “Murid saya yang jenius, teguh berlatih, tidak sombong…..” membuat Susi merasa malu pada dirinya sendiri.

Semua murid menangis. Akhirnya diujung acara itu kami para murid memutuskan tanpa setahu Sang Guru untuk berbuat sesuatu. Semua teman menunjuk saya, karena mereka tahu profesi saya sebagai seorang dokter meskipun prakteknya di negara paman Sam, untuk “menyelinap” dan “menyusup” ke dalam rumah sakit. Sayaturut serta memeriksa kondisi kesehatan beliau, Lucunya, waktu saya coba menghibur beliau dengan memberi semangat supaya segera sembuh, eh, beliau malah yang menghibur saya, melarang saya bersedih.”Jangan kamu bersedih, Ade, sesungguhnya Allah bersama kita.” Tapi dibalik itu beliau sama sekali tidak tahu apa yang saya perbuat “spesial” untuk dirinya….Apa itu?
Sang Pelatih terheran heran, begitu ia tiba di IGD beliau diperlakukan bak seleberiti saja… beliau disambut banyak dokter spesialis, bukan sekedar dokter yang seakan berlomba lomba memperkenalkan diri mereka satu per satu. Sejak di ICCU berbagai tindakan terus dilakukan bahkan baru saja rampung di ICCU baru beberapa hari keluar rumah sakit, beliau digiring kembali masuk, untuk menjalani beberapa serial tindakan berikutnya… semua jasa dengan kualitas prima. Alhasil begitu keluar dari rumah sakit beliau memuji dan mempropagandakan fasilitas BPJS yang begitu hebat di depan bossnya di kantor dan ke sejumlah relasinya…


