Dulu & Sekarang

Posted on
  • Thursday, December 12, 2013
  • by
  • Universal Synergy
  • in





  • ecfee-sonny06

    Author: Sonny Wahyu Wicaksono
    Jadi teringat puluhan tahun lalu awal saya dikenalkan materi studi oleh pelatih dan sobat saya, yang sekarang sebagai HD Coach.
    Saya ketemu th 90an pas kebetulan beliau ini sedang makan di kantin mesjid Salman ITB, yang terkenal murah meriah :-D. Ini pertemuan setelah sekian lama. Ngobrol ngobrol akhirnya sang calon pelatih menawarkan pelatihan pribadi. Saya pikir waktu itu tak ada alasan menolak sesuatu yang bagus. Maka mulailah saya berguru.
    Tidaklah mudah. Beliau di Bali, saya di Bandung. Bisa dibilang selama saya bertahun tahun ‘ngelmu’ dari beliau mungkin baru tahun ke 8 kami kembali tatap muka. Jadi apa dong cara belajarnya selama itu?
    • Disket. kirim disket. Guru kirim yg sudah berisi materi studi, setelah sampai saya kirim disket kosong ke Bali. Terus begitu, tukar menukar disket. Biaya? Saya selalu kirim ke rek BCA ybs untuk penggantian ongkos kirim. Tapi yang selalu menjengkelkan, sebulan kemudian ditransfer balik sejumlah uang yang sama. Jadi artinya teman saya ini ikhlas membantu sekalipun harus keluar uang.
    • Telpon. Biasanya kita set waktu untuk telpon. Saya masih ingat, itu selalu kami lakukan tiap Jumat malam jam 10 supaya biaya interlokal murah.
    • Pager. Kalau ada pertanyaan urgent, saya kirim message via pager dan karena saya tidak punya pager, jadinya beberapa kali saya balik ke rumah atau telpon dari kampus ITB tapi sang guru lagi meeting. Lucunya kalau telpon siang kami berdua jadi seperti orang gila, karena harus bicara cepat supaya kocek tidak cepat kempes buat bayar pulsa. Yang jelas, istri saya selalu ngomel karena telpon rumah sudah pasti tiap bulan bengkak. Pernah sampai jutaan karena saking inginnya saya banyak tahu, akibatnya saya bicara keasyikan jadi lama. Kalau sudah begini biasanya sang guru merasa tidak enak dan bulan depannya lebih banyak beliau yang telpon.
    • Cuti. Saya sampai pernah bertengkar hebat dengan istri gara gara saya sengaja ambil cuti buat ke Bali, sendirian, disana hanya untuk councelling. Eh, disana saya dimarahi lagi sama sobat saya ini karena tidak ajak istri dan anak anak sekalian ke Bali.
    • Fax. Kalau urgent, terkadang saya ke wartel kirim fax dan pak guru kemudiannya akan balas juga lewat fax ke kampus; bisa sampai berlembar lembar.
    Image result for telpon umum picture
    Lalu bagaimana sekarang?
    • Sudah ada HP, telpon dg operator yang sama untuk jarak antar kota bisa hanya ribuan rupiah untuk sejam ngobrol
    • Ada email, ada FB, ada milis
    • Bisa chatting dan kesemua layanan internet cukup dengan bayar sekitar 100 ribu rupiah per bulan unlimited
    • Bisa sms
    Sekarang saya tidak lihat langsung karena memang lokasi saya berada amat jauh dari NKRI. Tetapi waktu Susi menemui saya di pulau ini dia banyak cerita dengan nada dan raut wajah penuh kejengkelan karena katanya para anggota sekarang ini meski segala fasilitas sudah jauh lebih mudah dan murah tetapi mental mereka pada murah – miskin mental, katanya lagi. Contohnya kebiasaan ‘ogah rugi’; sudah ada HP tapi kalau kontak dengan pelatihnya hanya mau ber SMS ria. Meeting maunya dekat dengan rumah dan malahan kalau bisa selalu diadakan dirumahnya saja.
    Teman, kalau untuk ongkos bis saja orang tersebut berhitung, padahal dirinya mampu untuk itu berarti bukan soal ongkosnya melainkan soal ‘kakinya’ sudah dirasakan seberat kaki gajah. Jika demikian, miskin mental selalu anda pelihara maka Tuhan juga akan berhitung untuk rezeki yang Beliau rencanakan akan diberikan ke kita.

    0 comments:

    Post a Comment

    Note: Only a member of this blog may post a comment.