Pre-emptive

Posted on
  • Monday, August 11, 2014
  • by
  • Universal Synergy
  • in

  • Author: Violetty Faerly

    1. Joined: 2010
    2. Coach: Wiwiek Setiawan
    3. Financial Independent 2013
    4. Financial Freedom: 2014
    5. Time Freedom 2015
    6. Economically Free 2016

    Cukup banyak orang di luar Unisyn bertanya ke saya tentang apa kriteria agar seseorang lulus test seleksi masuk Unisyn, bagaimana caranya agar laik masuk Square zero (0) atau disebut Casuals. Untuk bisa lolos seleksi menjadi calon murid Unisyn (baru calon) tidaklah secepat kilat; perlu orang tersebut mempersiapkan diri dan pribadinya dulu. Dibutuhkan waktu relatif lama, yakni enam bulan hingga satu tahun. Masa ini disebut Pre-emptive. Calon Coach biasanya sudah cukup lama mengamati diri seseorang yang dia nilai layak sesuai kriteria Unisyn sudah cukup lama, yakni 6 bulan sampai setahun sebelum calon coach memutuskan memberitahukan diri orang yang bersangkutan untuk menawarkan bergabung. Kriterianya bukan cuma atas dasar Kualitas Kesehatan yang dilakukan pertanyaan informal yang bersifat pribadi misalnya Tekanan darah, gula darah normal, kolesterol dsb melainkan juga Kualitas Kejiwaan seperti bersedia memperjuangkan setelah cinta kepada Tien (Tuhan), orangtua dan perguruan itu sendiri sebab nantinya jika telah diterima salah satu janji murid adalah Setia dan Taat pada perguruan. Sugestikan prinsip “Do the best, God takes the rest”; maksudnya beberapa poin di atas dapat menjadi rujukan untuk mempersiapkan diri agar lolos Screening Test masuk Unisyn dan harus diusahakan tetap menjaga stamina agar saat test berlangsung, Anda tetap sehat dan segar. Jika sudah mempersiapkan diri dengan baik, maka langkah terakhir jangan lupa untuk berdoa.
    Sebetulnya dalam membangun 4 Pilar sukses kehidupan di Unisyn (4P4S – 4 Pillars for Success) bukan saja sejak awal melainkan sebelum mendaftarkan diri menjadi murid orang itu mindset harus sudah dipersiapkan. Calon Coach bukan hanya menilai calon murid yang diamati dari sehat stamina fisiknya saja melainkan bagaimana orang itu punya VALUE dalam pilar pilar lainnya, termasuk Pilar spiritual dalam diri orang itu. Kira kira, apa kriteria yang dinilai dalam pilar spiritual ini sebelum orang itu bergabung?
    Kita ambil contoh berikut ini. Saya sudah cukup lama mengenal Gēgē (koh) Won Wie Kwong (Bung Komik) sekitar tahun 2000an. Sekalipun beliau domisili di Shanghai, tapi sering kali beserta keluarganya ke Taipei karena paman beliau (Bóbo) tinggal disini. Jika sedang ke sini, Wiwiek ta yang kebetulan sangat tertarik pada TCM (Traditional Chinese Medicine) sering mampir di kedai teh milik saya. Secara kebetulan kami lahir di Indonesia sebelum kemudiannya pindah. Beliau terkesan dari hal terkecil yang saya lakukan. Papa saya mengajarkan saya agar tidak sembarangan dalam berbisnis sesuai pepatah Ann Wan Seng - “Jika ingin lebih berhasil dari orang lain, kita tidak punya pilihan, kecuali bekerja dengan lebih keras dan rajin.”. Dari itu contohnya mulai dari daun teh saya sudah mempertahankan budidaya tak beracun lalu pakai pembakaran arang tradisional yang aman tak beracun. Papa berpesan, mengelola dengan tulus dan jujur serta bertahap, menjauhi teh berhati jahat jika tidak ingin pelanggan jatuh sakit akibat kemasukan bakteri dari mulut. Sebelum papa berpesan demikian, saya sempat berpikir dalam menjalankan bisnis pemikiran pertama adalah keuntungan dan bagaimana bisa menghasilkan uang serta bisa menghasilkan berapa banyak uang. Selanjutnya setelah papa meninggal dan saya mengenal Unisyn, seakan akan perguruan itu menggantikan peran papa, bahkan lebih dari itu. Setelah ber-kultivasi membangun Pilar 4 di Unisyn, saya dalam menjual barang memiliki suatu standar. Saya menjual barang selalu berpikir dulu apakah ada manfaat bagi konsumen; bisa membawakan kebaikan apakah bagi konsumen, artinya bisa lebih memikirkan orang lain.
    Banyak pengusaha bisnis berhati jahat, mereka acapkali menurunkan biaya untuk berperang dalam harga, demi merebut pasar. Apakah saya sebagai murid Unisyn ikut terombang-ambing oleh arus atau berjalan melawan pasar? Tidak. Murid Unisyn berfilosofi Truthfulness (Zhen ), Compassion (Shan ), Forbearance (Ren atau “Sejati Baik Sabar” dan ini bukan hanya sekedar slogan. Dalam kehidupan sehari-hari dengan patuh menjalankan Sejati Baik Sabar kami melawan pasar dan telah berada pada jalan bisnis yang dikelola dengan jujur dan dapat dipercaya.
    Dari situlah Coach Wiwiek terkesan dengan filosofi bisnis saya jauh sebelum bergabung jadi murid perguruan. Konsumen tahu bagaimana saya menjaga kualitas, mereka tahu kualitas barang saya memang bagus, lalu menyebar dari mulut ke mulut, malah pelanggan semakin banyak dan bisnis semakin baik.
    Setelah bergabung menjadi murid, apa yang sangat menarik saya di Unisyn para muridnya punya pola pikir yang berbeda dari pada masyarakat kebanyakan.
    #Contoh pertama, Solution Oriented murid Unisyn diarahkan harus belajar untuk fokus pada solusi daripada berfokus pada masalah. Orang yang fokus pada masalah, mudah menyerah dan larut dalam penyesalan yang berkepanjangan. Sementara orang yang fokus pada solusi, saat ada masalah mereka berusaha mengambil hikmah, melihat peluang dan mengambil pembelajaran.
    Saat mereka berbuat salah. Orang yang fokus pada masalah sibuk menyalahkan orang lain dan mencari berbagai alasan agar terhindar sebagai orang yang bersalah. Orang yang fokus pada solusi dengan sadar mengakui kesalahannya dan segera memperbaiki kesalahannya.
    Orang yang fokus pada masalah sering menimbulkan masalah baru bagi orang lain, keberadaannya menjadi beban dan sering merepotkan orang lain. Sebaliknya, orang yang fokus pada solusi, selain ia enak diajak ngobrol dan diskusi, penuh energi juga sangat menyenangkan dalam pergaulan sehari-hari.
    Alam bawah sadar kita adalah alam yang baik, tetapi tahukah anda bahwa alam bawah sadar selalu merekam dan menyimpan berjuta-juta pengalaman atau perilaku kita tanpa membedakan mana yang baik dan buruk. Rekaman yang disimpanj itu kemudian akan dikeluarkan berdasarkan perilaku, suasana, pengalaman yang sedang kita alami.
    Ingatlah bahwa, Tuhan selalu mengizinkan masalah datang karena Dia sudah menghadirkan berbagai macam solusi untuk kita temukan. Kuncinya hanyalah terus mendorong diri untuk focus pada solusi bukan masalah. Saat kita sudah berhasil, kita kan menjadi pribadi yang tidak mudah mengeluh.
    #Pola pikir kedua Filosofi KISS ( Keep It Simple Stupid ) atau The Power Of Simplicity, yaitu selalu mencari solusi yang sederhana, sehingga bahkan orang bodoh sekalipun dapat melakukannya.
    Rancangan filosofi ini berasal dari U.S. Navy in 1960. Unisyn berpikir bahwa seorang pemimpin yang berjiwa driver harus bisa membuat dirinya sederhana. Ilustrasinya sebagai berikut: Pada saat NASA mulai mengirimkan astronot ke luar angkasa, mereka menemukan bahwa pulpen mereka tidak bisa berfungsi di gravitasi nol, karena tinta pulpen tersebut tidak dapat mengalir ke mata pena. Untuk memecahkan masalah tersebut, mereka menghabiskan waktu satu decade dan 12 juta dolar. Mereka mengembangkan sebuah pulpen yang dapat berfungsi pada keadaan-keadaan seperti gravitasi nol, terbalik, dalam air, dalam berbagai permukaan termasuk kristal dan dalam derajat temperatur mulai dari di bawah titik beku sampai lebih dari 300 derajat Celcius.
    Apakah yang dilakukan para orang Rusia ?
    Mereka menggunakan pensil !
    Selesai.
    #Pola Pikir Ketiga, Mathematical Mind, murid Unisyn diajarkan untuk menghargai dan selalu menerapkan Matematika.
    Matematika adalah proses berpikir, bukan proses berhitung. Hampir setiap mendengar kata matematika, yang ada di pikiran orang adalah "angka" dan "rumus". Padahal belajar matematika adalah belajar untuk berpikir logis dan sistematis. Mengapa matematika bisa dianggap sebagai ilmu yang penting dalam kehidupan sehari-hari? Jawabanya yaitu karena setiap kegiatan kita sehari-hari itu pasti selalu terhubung dengan ilmu matematika.
    #Pola Pikir Keempat, Think Out of The Box. Satu hal yang paling sering dipertanyakan banyak orang di luar Unisyn adalah bagaimana caranya untuk bisa berpikir di luar kotak. Para murid Unisyn harus mampu berpikir di luar kotak dan akhirnya menemukan suatu hal yang baru dan berbeda dari apa yang pernah dialami dan diterima orang kebanyakan. Dari itu kami (mereka) harus:
    1. Keluar dari zona aman. Setiap orang cenderung menikmati dan terbuai akan zona aman yang sudah dimilikinya pada saat ini, namun itu akan menjadi penghalang dari sebuah inovasi.
    2. Tinggalkan keraguan. Seringkali keraguan membuat seseorang kembali berpikir di dalam kotak.
    3. Mau dengarkan orang lain, terbuka, dan menerima. Orang-orang yang berpikir di dalam kotak adalah orang-orang yang tidak pernah mau menerima ide-ide yang bermunculan di sekitarnya. Mereka selalu memandang ide-ide tersebut tidak akan bekerja.
    4. Keterbukaan untuk melakukan hal yang berbeda dan melakukan suatu hal dengan cara yang berbeda. Albert Einstein mengatakan: Hanya orang-orang gila yang mengharapkan hasil berbeda akan tetapi menggunakan cara-cara yang sama.

    #Pola Pikir Kelima, Pushing Yourself Way Beyond Your (Supposed) Limits; begitulah program pembangunan Pilar 1 Unisyn. Sifat keras kepala, pantang menyerah, bekerja keras sampai titik keringat terakhir sesuai motto: Hard Training, Tight Discipline & Severe Suffering. Disinilah jawaban kenapa pelatihan fisik yang keras untuk membangun Pilar 1 terhubung erat dengan pembangunan Pilar 3.Penempaan fisik di Unisyn memang keras, tetapi itu bukan untuk kekerasan. Motto: The only easy day was yesterday bukan sekedar ditulis. Unisyn terapkan 40% Rule, artinya, when your mind is telling you you're done, you're really only 40 percent done. Mendidik murid dilakukan dengan keras dan tegas untuk membentuk sosok murid seorang yang tanggap, tanggon, dan trengginas. Tanggap,artinya berdaya tangkap dan penalaran yang tinggi dengan memiliki potensi ilmu pengetahuan dan teknologi untuk dapat mengembangkan diri. Tanggon artinya dapat diandalkan, ulet, dan tahan uji. Trengginas artinya tangkas dalam bertindak dan berolah pikir, daya tahan tinggi dalam menghadapi tugas.
    Sasarannya jelas, yaitu menggembleng para Unisyn Cadet kelak menjadi sosok operatif yang memiliki postur tubuh yang gagah, memiliki kepatuhan, kedisiplinan, kuat fisik maupun mental, yang menjadi syarat dalam mendukung pelaksanaan tugas pokoknya.
    Di hari pertama penggojlokkan saya tak pernah sebelumnya membayangkan akan berjalan jongkok hampir satu kilometer, lalu merayap dan salah satu tindak hukuman terburuk, yaitu berguling, yang berakibat saya memuntahkan isi perut. Kemudian hari demi hari berlalu, dan keadaan makin buruk, saya ditekan dengan keadaan fisik lelah tetap dipaksa mengikuti berbagai program fisik hampir 19 jam, tidur yang kurang dari 4 jam; tetap dituntut siaga, sigap dan tepat. Apabila ada kesalahan sedikit saja, maka akan mendapatkan tindak hukuman.
    Pendidikan Pilar 1 juga menuntut saya mengikuti tata cara makan dengan posisi makan yang benar serta diharuskan menghabiskan makanan secara cepat. Bahkan saya pernah makan dengan posisi kulit pisang di atas kepala saya, yang apabila kulit pisang itu terjatuh, maka saya harus siap berguling dan ...muntah, tidak tahan. Menyakitkan apalagi waktu dilakukannya di malam yang gelap tapi sekaligus ada unsur seru dan lucunya, karena dalam pelatihan terkadang diselingi background music penyemangat, misalnya lagu Smells Like Teen Spirit dari Nirvana.

    Ada 3 hal utama yang saya pelajari dan dapatkan, yaitu Loyalitas, Etika dan Respek. Loyalitas memiliki makna kepemimpinan. Kepemimpinan disini memiliki arti mengenai bersikap sebagai orang yang dipimpin serta bagaimana bersikap untuk memimpin. Saya juga mempelajari etika, tata cara sopan santun, dan bagaimana menjadi seseorang yang peka serta bersikap melayani orang lain. Sekilas, anda mungkin menganggap remeh sopan santun karena anda berpikir bahwa ini dapat dilakukan secara otomatis. Kenyataannya, untuk menjadi orang yang peka dan berinisiatif ditempuh melalui pendidikan dan pelatihan, serta mengkikis ego dalam diri. Penerapannya dalam dunia kerja adalah bersikap santun, ramah, formal dan dapat diterima semua orang terutama Coach. Terakhir adalah respek atau sikap hormat, yaitu sikap saling menghargai. Pendidikan fisik bangun Pilar 1 di Unisyn memang berat, tapi saat saya melalui hal tersebut, rasa percaya diri dengan diri terbentuk menjadi pribadi baru yang memiliki disiplin tinggi. sifat ngotot dan pantang menyerah.





    0 comments:

    Post a Comment

    Note: Only a member of this blog may post a comment.