‘ Barang siapa yang mengerjakan lebih dari apa yang dibayarkan kepadanya suatu saat akan menerima lebih dari apa yang ia kerjakan.”
Ada sebuah cerita tentang seorang raja yang suatu hari memanggil penasihatnya. Raja itu meminta kepada sang penasihat untuk menuliskan kebijakan-kebijakan pada zaman itu agar bisa dibaca oleh generasi mendatang. Setelah beberapa waktu, si penasihat datang menghadap Raja dengan membawa beberapa jilid kebijakan yang sudah ditulisnya. Setelah membacanya, sang Raja berpendapat bahwa kebijakan itu terlalu banyak dan rakyat pasti tidak bersedia membacanya. Sang penasihat memperbaiki tulisannya dan kembali menghadap Raja dengan satu jilid. Komentar Raja masih sama, “Terlalu banyak!”
Penasihat itu pun kembali memperbaiki kebijakannya. Setelah selesai, ia datang kepada Raja untuk membacakan satu kalimat penting.Hanya ini: “Tidak ada makan siang gratis,” katanya.

Raja mengangguk sambil berkata. “satu kalimat kebijakan itu sudah cukup untuk dibaca oleh generasi yang akan datang.” Rupanya mental cuma-cuma saat itu sudah sedemikian parahnya.
Pepatah lama mengatakan bahwa ada suatu harga yang harus dibayar untuk apa pun yang anda inginkan. Saya teringat beberapa tahun lalu, ketika saya belum mencapai EF.Dream Book yang sudah saya lengkapi dan saya serahkan ke Coach untuk di-review. Dream Book berisikan segala macam cita cita saya, apakah itu setahun, 5 tahun, 10 tahun, 10 ahun hingga 25 tahun ke depan Selesai mengkaji seluruh Dream saya, Coach bertanya dengan satu kalimat saja, “Aylen ingin agar hampir semua atau seluruh Dream yang ada di dalam Dream Book ini tercapai”. Saya jawab singkat penuh semangat,” Mǒu xiē (Tentu)”. “Oke, kalau ingin mencapainya, itu sama halnya dengan ingin memperoleh sesuatu dengan cara ‘membeli’. Kita harus mau ‘membeli’nya atau dengan kata lain Aylen harus mau bayar harganya”.

Saya harus membayar impian saya tersebut dengan menghabiskan waktu berjam-jam, berbulan hingga bertahun tahun ditempa keras oleh pelatih sekaligus idola saya. Saya berjuang keras, boleh dibilang bukan lagi dengan cucuran air mata tapi sudah bercucuran darah. Sekalipun terkesan ekstrim namun kalau dicari arti harafiah juga demikianlah. Sering kali dalam latihan fisik yang keras seperti dalam cross country hiking dengan mengenakan military large shoes kaki saya berapa kali sampai cedera, luka berdarah. Naik turun gunung yang terkadang cukup curam dan jalannya tidak bersahabat.
Mungkin sebagian besar teman teman yang masih jauh dari posisi Financial Independent masih sulit membayangkan. Tapi tidak buat rekan rekan sejawat yang kini sudah berada di puncak EF. Cukup sedikit saya infokan bahwa nanti bila uang dan waktu sudah tidak lagi masalah, dimana anda sudah mencapai FF (Financial Freedom) tapi belum EF, maka pelatih akan menggembleng kita dengan tema program ‘Mother Nature’ yang disebut Adventure, dimana, karena kita sudah lebih dari sanggup keluar uang buat tiket pesawat, akomodasi dsb, kita akan latihan berdua (One on One) dengan pelatih di berbagai medan latihan. Dulu pelatih membawa saya latihan di medan salju di lereng gunung Alpen, Swiss dan dilain kesempatan di Qarun (Mesir) – padang pasir dimana dikedua tempat itu beda sangat ekstrim suhunya. Di kedua tempat itu hidung saya sama sama sampai mengeluarkan darah, satu karena dingin ekstrim dan satu lagi akibat panas ekstrim. Di awal awal pelatihan, dimana keluar uang masih selalu dihitung, saya dan pelatih hanya ambil tempat latihan apakah di gunung atau di pantai.

Dalam berlatih di perguruan Unisyn saya begitu bersemangatnya hingga sampai sampai Coach acap kali terpaksa harus mengingatkan saya untuk sedikit mengerem kuantitas dan kualitas pelatihan. Semangat api membara dalam tubuh, api kundalini sejalan dengan konsep spirit perguruan:”Burning inside Out and Freezing Outside in”. Hampir tiap hari saya perjuangkan karena saya sudah berprinsip tidak boleh ada sesuatupun yang bisa menghalangi saya meraih EF. Go Freedom or Die! Sampai sebegitunya.Padahal, banyak orang disekeliling saya, apakah itu orang tua, saudara apalagi teman teman yang di awalnya mengira saya ini jauh dari kemungkinan bisa lolos tahapan seleksi ujian ujian di Unisyn. Terutama sekali demi mereka melihat tubuh saya yang dianggap kelewat halus, lembut apalagi dari wajah saya. Mama tidak bosan bosannya mengingatkan saya agar berhati hati dalam menjaga wajah saya selama pelatihan yang keras itu. Mama sangat kuatir kalau kalau ‘kecantikan wajahmu’ demikian kerap mama katakan menjadi rusak meski sedikit saja. Padahal di perguruan ini kita diajarkan bahwa Inner beauty is much much more significant than the outer beauty.
Bagaimana jadinya setelah saya berhasil melalui berbagai tahapan keras ala militer itu? Unbelievable! Hasilnya sekarang bila saya menengok lagi ke belakang justru sungguh sangat tidak sebanding antara segala perjuangan keras jatuh bangun yang saya lakukan dengan segala sesuatu yang bisa saya nikmati di masa kini dari detik ke detik. Kalaupun misalnya saya disuruh mengulangi lagi tahapannya dari nol, dibuat 3x lebih kerasnya saya mau melakukannya. Tetap tidak sebanding antara Costs & Benefits.
Tidak ada yang cuma-cuma di dunia ini, termasuk untuk sebuah cita-cita. Anda harus berjuang dan berusaha sekeras-kerasnya untuk mencapainya. Ingatlah bahwa semakin besar harga yang anda bayar’ semakin besar pula hasil yang akan anda dapatkan. Jika kita bersedia melakukan sesuatu yang tidak ingin dilakukan orang lain, kita akan mendapatkan sesuatu yang tidak akan didapat oleh orang lain. Jika bersedia mempersiapkan sesuatu lebih dari orang lain, seperti rencana yang lebih matang dan bekerja lebih keras dari yang dilakukan orang lain, kita akan mendapatkan penghargaan yang tidak didapatkan orang lain.
Sungguh saya sering dibuat heran atas adanya beberapa orang di dunia ini yang punya pandangan selalu ingin sesedikit mungkin keluar upaya dalam kehidupan ini tetapi berharap bisa memperoleh penghasilan berupa kemakmuran yang berlimpah. Entah dari mana orang semacam itu sampai bisa punya pedoman semacam itu.
Justru karena Tuhan itu Maha Adil dan Maha Mengetahui dari pada kita, maka Tuhan tahu siapa siapa yang malas, siapa yang maunya pelit tenaga tidak mau berlelah lelah atau di sisi lain siapa siapa yang rajin, bekerja keras berjuang untuk hidup.


0 comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.