Author: Susi Rusanti

Saya agak enggan menceritakan kisah kehidupan sehari hari seorang yang sudah mencapai EF karena itu sarat sekali dengan unsur show off. Namun karena rupanya keinginan publik yang terus saja penasaran desak saya menceritakannya, jadinya okelah saya coba paparkan sedikit saja.
Jangankan keadaan Economically Free (EF), keadaan 2 step sebelum itu saja – FF (Financial Freedom) untuk seorang siswa Unisyn itu kondisinya jauh tidak sama dibanding keadaan orang orang yang berhasil FF di lingkungan lain; apakah itu seorang FF bernama Bill Gates atau seorang Crown atau Diamond bernama Robert Angkasa (Amway). Intinya mereka yang berhasil ultra kaya bukan dari jalur institusi tempat saya berguru (Unisyn) bisa jauh lebih bebas menikmati kekayaannya. Leluasa beli barang barang mewah apakah itu Rolls Royce atau mansion di Beverly Hills misalnya. Kami tidak diperkenankan untuk itu. Kami harus patuh bergaya hidup sederhana namun itu sama sekali tidak masalah bagi kami.
Contohnya diri saya ini. Di Jakarta saya tidak punya mobil. Kemana mana pakai mobil dinas dari perusahaan tempat saya bekerja – Porsche Macan. Lo? Masih bekerja? Ya, betul. Beberapa diantara kami yg sudah EF memang masih bekerja tetapi bukan karena ‘terpaksa”. Lo? Betul. Tapi bedanya kami ‘terpaksa’ karena ada rasa tidak enak dengan boss kami. Makin bingung kan? Kami, contohnya saya dan kakak ke 1 – Dewi R sebetulnya sudah lama meminta undur diri dari instansi tempat kami bekerja. Tapi, saya contohnya, begitu saya nyatakan resign malah di’nobatkan’ jadi anggota Dewan Komisaris, dikasih saham dan saya terus dipaksa ‘dengan hormat’ agar mau menerima saham itu. Sebab boss saya tahu benar bagaimana prestasi kerja saya selama ini di perusahaan itu. Demikian juga rekan Dewi R. Dia minta pensiun dipercepat, eh malah dinaikkan pangkatnya dan kalau nolak dianggap melawan atasan. Susah deh.

Kembali soal mobil. Saya punya mobil satu saja di tanah air ini. Saya taruh di kampung tempat saya dilahirkan. Cukup Ford Escape 4WD yang saya beli bekas dari teman saya yang sedang butuh uang dan waktu itu baru 6 bulan dia pakai. Tentunya sudah lebih dulu konsul dengan coach saya.
Pakaian? Kami semua ikuti titah Sang Guru: pakailah pakaian yang enak dan cocok buat diri kita pakai, bukan untuk dipamerkan. Jadi sewaktu teman teman saya maksa ajak saya antri Mango di Plaza Indonesia, saya menemani saja tapi ogah antri seperti mereka. Lebih baik saya lakukan Window Shopping. Jadi, rekan rekan Infinity, berbesar hatilah karena sayapun juga lakukan Win Shop hngga sekarang ini dan juga sering di Plaza Indonesia. Teman teman yang antri obral Mango heran dan mengira saya tidak punya uang buat beli sekualitas Mango itu karena waktu mereka tanya, saya cukup dengan santai saya jawab mau antri beli Mango di pasar tradisional saja….. Saya cari yang rasanya manis.
Perhiasan? Saya tidak punya karena always saya pakai imitasi saja. Sudah tentu ini bikin dicibir teman teman saya yang gold minded atau jewelry minded. Biar sajalah…. Jadi saya tidak punya emas? Saya punya mas namanya mas BP tercinta, coach saya bahkan bisa disebut batu Aki…he he he..bercanda tentunya. Tapi memang kami para EF dari Unisyn semua punya emas, yang batangan atau logam mulia platinum, tapi kami belum pernah lihat barangnya seumur hidup kami. Lo? Ya buat apa. Toh kami punya sertifikatnya, asli, yang kami simpan di bank. Kalau kami mau jual atau beli nambah? Cukup sertifikatnya itu saja bukan? Tidak perlu gotong gotong barangnya…
Kebanyakan orang, terutama OKB (Orang Kaya Baru) itu berusaha memiliki mobil mentereng dilengkapi atribut yang menempel di badannya untuk apa sih? Orang orang seperti ini mabuk kepayang setiap detiknya setiap kali orang orang di sekelilingnya berdecak kagum melihat ia datang dengan mobil Ferrari, ada jam Rolex emas di tangannya, tas Prada…pokoknya dari ujung rambut hingga ujung jari kakinya dibalut barang bermerk terkenal. Lalu….saya pernah iseng lakukan test terhadap salah satu tipe orang yang seperti ini (kebanyakan orang) dengan berpura pura tidak tahu bahwa, misalnya, jam yang dia pakai itu harganya sangat mahal. Saya pernah dengan santai berlagak bego bilang ke teman saya yang lagi memakai jam tangan Chopard seharga milyaran rupiah, begini:”jam kamu bagus, Ratih (nama teman saya itu). Ini jam ex impor yang banyak di Mangga dua itu ya?” Waaaah, dia sontak melihat saya dengan pandangan penuh kebencian, mengejek dan lengkap dengan bentuk bibirnya yang jadi nyinyir, merendahkan saya….
Dari sinilah kemudiannya cukup banyak yang mempertanyakan apakah kami, para EF cetakan Unisyn ini, bisa tidak membeli jam sejenis Chopard itu? Dengan ini saya mewakili seluruh rekan EF Unisyn menjawab: BISA SEKALI, tapi kami punya pertanyaan selanjutnya: buat apa?
/4136760-article-what-is-maslows-hierarchy-of-needs-5a97179aeb97de003668392e.png)
Mereka kaum the haves yang menyengaja pamerkan kemana mana ‘punya’ barang barang mewah itu sekedar memenuhi rasa (feeling) self eteeemed to be a person, kalau kita kaitkan dengan hirarki dari Maslow. Ingin agar dirinya diakui, dianggap WAH. Sekedar memuaskan rasa kebanggaan dalam diri mereka, rasa ‘lebih’. Tatapan mata silau dari orang disekeliling yang memandang orang orang inilah yang membuat diri orang kaya seperti ini seakan akan baju yang sedang mereka pakai mendadak terasa jadi sempit. Sebaliknya mereka sangat menderita kalau pas kumpul dengan orang orang yang ‘tidak tahu’ mana barang mahal dan mana yang kelas murah.
Oke, memang hingga sampai di tulisan ini masih belum menjawab bagaimana jadinya seorang EF produksiUnisyn bisa menikmati hasil jerih payahnya. Saya Tanya dulu lagi sebelum menjawabnya. Apakah jika poin poin di atas itu dihilangkan seperti kondisi kami ini jadinya membuat seorang kaya jadi menderita? Apakah kenikmatan menjadi kaya itu hanya bisa diserap rasa bahagianya dengan menunjukkan ke publik ‘punya’ barang barang mewah???
Kini saya mulai ceritakan kehidupan saya sehari hari.

Bangun pagi memang kami wajib bangun jam 5 atau 4 atau kurang dari itu dimana saja kami berada untuk melakukan shalat subuh, setelah sebelumnya tidur sebentar cukup 2 jam saja (dari jam 3 pagi). Selesai itu saya olah raga rutin yang biasa kami sebutOptimizer, tapi ada Personal Trainer yang selalu mendampingi kami dimanapun kami berada. Ya kami punya team pribadi yang diantaranya terdiri dari lawyer yang bersertifikat internasional. Ada sekretaris dan akuntanpribadi. Bahkan sampai body guard dari berbagai kesatuan militer dan polisi menjadi kelengkapan yang wajib. Mau berenang atau tenis atau olah raga yang biasa jadi fasilitas hotel bintang 5? Bisa dong. Karena setiap malam kami tidur atau bangun pagi hampir selalu di kamar hotel minimal bintang 5 di setiap tempat yang kami kunjungi. Kenapa tidak beli rumah mewah saja? Lagi, kami tanya balik: buat apa? Rumah hanyalah perlu untuk seseorang yang bermukim lama di suatu tempat. Jadi kami ini sepertinya nomaden. Kasihan kami ya?

Tapi kami tidak berpindah dari satu kota ke kota lain atau antar propinsi atau pinjam istilah coach saya: inter insuler. Bukan. Kami berpindah selalu dari satu Negara ke Negara lainnya. Sekedar contoh: saya pernah sarapan pagi jam 7 di Singapore. Kemudiannya makan siang ke siangan, jam 14 di Osaka, Jepang. Lalu segera terbang lagi dan makan malamnya jam 19 di seoul, Korea Selatan. Lalu saya kangen ingin ketemu coach saya yang kebetulan sedang berada di Los Angeles. Jadi malam itu saya tidurnya di pesawat dan jam 7 sudah sarapan pagi, karena sedang tidak puasa, di LA. Eh, dijadwal saya harus menengok adik saya, Naomi, yang sedang jalan jalan bersama teman temannya di Toronto, Kanada. Jadi setelah ketemu coach saya terbang mengejar jam 13 dan makan siang bareng Naomi di Toronto. Bagaimana malamnya? Saya harus segera terbang lagi karena ada RUPS di Reykijavik, Iceland. Jadi saya makan malam jam 18 disana. Melelahkan? Itu hanya contoh pas kebetulan jadwal saya padat. La, kan katanya sudah Time Freedom? Betul. Jadwal saya padat tapi itu saya yang buat sendiri, bukan dijadwal oleh boss saya. Kalau saya mau di hari itu total santai juga bisa. Karena sering hingga berbulan bulan saya ikut program kapal pesiar keliling Eropa misalnya. Nah, itu kan artinya selama dalam program itu saya tidak bisa pindah dari kapal itu dong? Kenapa tidak? Sekalipun prosedurnya harus berbulan bulan ikuti rute kapal itu kalau pas jadwalnya saya harus menemui my beloved coach, Aki, maka saya akan lepas landas dari kapal itu terbang dengan heli ke lapangan terbang terdekat. Lalu, selama saya terbang kemana mana itu di kelas manakah di pesawat itu? Sudah pasti apakah itu First Class atau minimalBusiness Class, tapi yang jelas bukan di cattle class (kelas ternak – economy class). Tapi masih beramai ramai kan? Maksudnya masih di pesawat komersial kan?
Betul, tetapi sesuatu yang membedakan kami dengan mereka yang biasa terbang di First Class atau Business Class adalah kami ini para EF punya kebebasan. Maksudnya? Contohnya kejadian yang baru saja. Saya harus memeriksa belt (sabuk) para siswa dari infinity Club. Karena sabuknya belum juga siap jadinya saya terpaksa menunggu hingga akhirnya sampai saya cancel flight-nya dan saya re-fund. Bisa dong karena saya tidak pernah beli tiket yang fixed date lengkap dengan segala keterbatasan seperti non refundable non indorsable dan segala non non lainnya yang bikin tidak leluasa bergerak, tapi murah. Tidak. Tiket saya selalu Open. Nah, pada kasus tadi, saya tinggal telpon sekretaris saya disini dan Sabtu paginya saya tinggal meluncur ke Halim naik pesawat carter. Disitulah namanya kemudahan, karena money talks.
Jadi, masihkah kami para EF Unisyn ini tidak bisa menikmati hasil jerih payah yang telah selama ini kami bangun? Kenapa tidak. Kami selalu bangun hampir tiap minggu di negara yang berbeda dan di hotel bintang 5 yang selalu berbeda.
Kemudian setiap hari kami berwisata melihat tempat tempat yang indah dan selalu berbeda, selalu baru. Bisa makan enak, kalau mau, tapi kami tidak mau. Bisa beli souvenir souvenir kecil dari setiap lokasi yang kami kunjungi tanpa harus mikir dulu setiap kali akan membelinya. Kalau ada semacam anekdot bahwa para Diamond mlm dalam waktu 5 tahun passpornya akan oenuh dan harus ganti, kami para EF bisa dalam waktu kurang dari 2 tahun sudah harus ganti passport. Karena, para Diamond itu harus menunggu dulu jadwal kapan keberangkatan yang disusun oleh perusahaan networking mereka. Kami? EF Unisyn? Itulah selalu kesibukan kami setiap minggunya: menyusun jadwal bepergian dalam 2 tahun hingga 5 tahun ke depan; jadwal yang kami susun sendiri. Kembali, bedanya, para Diamond mlm disusun jadwalnya oleh perusahaan dan mereka berangkat ramai ramai dengan sesame Diamond, sedangkan kami menyusun sendiri jadwal tinggal sekretaris dan team yang membuat segala sesuatunya diwujudkan dan kami tinggal menunjuk siapa siapa saja yang akan kami ajak berwisata, termasuk team kami itu, mulai dari personal trainer hingga pengacara; sekalipun mereka tentu wajar kalau tidak sekelas dalam perjalanan itu, kelas yang lebih murah, tapi kami bawa mereka semua.
Bagaimana? Tidak inginkah anda menjadi seorang EF?
Semoga bisa memotivasi anda.
Thanks God, Thanks Unisyn, Thanks my beloved coach –

0 comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.